Hamparan hijau menjadi pemandangan setiap hari, dinginnya
alam menyelimuti kami setiap hari, kabut di pagi hari mulai mencerahkan
penglihatan kami, datangnya mentari menghangatkan tubuh kami. Itulah hamparan
alam daerah Pangalengan
Pergi ke kebun dan memerah sapi adalah aktivitas rutin yang
biasa mereka lakukan setiap hari. Menjadi buruh tani adalah profesi mayoritas warganya.
Kurang lebih Rp 17.000 mereka dapatkan perhari dari buruh tani yang diberikan
setiap 10 hari sekali. Tak terkecuali para peternak sapi yang mayoritasnya
mereka memiliki sapi perah sendiri. Pergi ke kebun adalah pemandangan yang
biasa anak – anak lihat setiap hari dari Aktivitas orang tua mereka dan warga
sekitar Desa Warnasari. Perkebunan sayuran dari mulai tomat, sawi, cabai,
kentang, bawang daun, kebun teh, dan ternak sapi perah menjadi salah satu
aktivitas produktif dari masyarakat pangalengan. Para petani yang setiap hari
bekerja keras untuk menanam dan memanen hasil kebunnya kemudian dijual kepada
Bandar yang akan mendistribusikannya ke pasar, para petani menjualnya dengan
harga yang murah. Aktifitas bertani para warga berlangsung dari pagi sampai
dengan Dzuhur. Tidak hanya orang tua tapi anak – anaknya juga diajarkan untuk
bertani dan lebih memilih untuk bertani daripada sekolah dengan alasan tidak
punya uang.
Dari aktifitas tersebut lah terbangun mindset bahwa sekolah
itu tidak penting dan bahkan tidak dijadikannya sebagai prioritas selain karena
faktor ekonomi tapi karena dorongan dari orang tua terhadap anak – anaknya yang
menyuruh mereka bertani daripada sekolah meskipun tidak semua warganya, tetapi
pemikiran tradisional itu setidaknya masih mewarnai warga. Jika tidak bertani
selepas bersekolah di tingkat SD ataupun SMP mereka menikah, usia pernikahan
dini nya masih terbilang tinggi. Oleh karena itulah sekolah atau pesantren gratis
pun masih sepi peserta didik, padahal SDM yang ada itu jika dimanfaatkan dan
diarahkan dengan baik maka akan menjadi manusia unggul yang lahir dari
keterbatasan.
Alhamdulillah sekarang di kampung tersebut telah berdiri
sebuah pesantren dari mulai PAUD, RA, MI, MD, dan Mts, bahkan sudah ada rencana
untuk membangun SMA. Keterbatasan fasilitas, guru, dan bahan ajar tidak
menyurutkan semangat mereka bagi yang memilih mencari ilmu daripada bekerja
& menikah sebelum waktunya. Jarak yang jauh pun menjadi salah satu alasan
gurunya jarang hadir untuk mengajar selain mungkin ada alasan lain seperti gaji
yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, jadi salah satu
guru disana memilih untuk mencari tambahan jam mengajar di sekolah atau
pesantren lain untuk mencukupi kebutuhan ekonomi tersebut. Itulah sedikit
gambaran corak profesi dan aktivitas warga di Desa Warnasari, Kecamatan
Pangalengan, sependek pengetahuan saya setelah berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
0 komentar:
Posting Komentar