Senin, 30 Juni 2014 2 komentar

Nilai Dimataku



Pertempuran Akhir Smester pun telah selesai dilaksanakan, meskipun begitu hasilnya belum dapat diketahui semuanya. Hasil belajar selama satu smester akankah berakhir dengan Nilai A, B, atau C, bahkan D atau E. nilai – nilai itu seakan – akan menghantui, padahal inti dari pembelajaran itu adalah apa yang sudah kita dapatkan dari mata kuliah tersebut dan menjelma ke dalam diri untuk melakukan perubahan karena Ilmu yang kita dapatkan.
Ada mata kuliah yang mendapatkan nilai A karena hasil dari membeli Buku yang telah ditulis oleh Dosen tersebut tanpa ada pembelajaran sebelumnya, bahkan Nilai A pun sudah ditangan. Dapat nilai D, padahal merasa diri sudah belajar semaksimal mungkin di mata kuliah itu dan akhirnya #jlebb kecewa pada mata kuliah tersebut, mendapatkan Nilai C pada mata kuliah tertentu begitu senangnya, karena niat dari awalnya asalkan Lulus dari mata kuliah tersebut, karena kalau sampai mengulang mata kuliah tersebut tak tahu apa lagi yang harus dilakukan karena seabreg tugas dan praktikum akan kembali menghantui. Diberi nilai standar yaitu nilai B, menyesal kenapa tidak mendapatkan A, dengan mata kuliah yang mempunyai 3 SKS nilai B dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah Indeks Prestasi. Tidak dapat dipungkiri kekecewaan itu akan menghampiri ketika Nilai itu tidak sesuai dengan harapan.
Nilai secara kuantitatif mungkin memang penting karena setidaknya itu sedikit menggambarkan proses belajar kita, tapi apakah ketika nilai itu tinggi pada saat UTS atau UAS nya saja karena hasil mencontek itu tetap menjadi gambaran proses belajar seseorang ? lalu apakah itu akan tetap menjadi standar bahwa orang itu belajar, karena nilai Akhirnya “besar” padahal itu bukan hasil pemikiran dirinya sendiri. Lalu bagaimana proses belajar dari hari kehari, keaktifan mahasiswa di kelas, bukankah belajar itu merupakan suatu proses perubahan untuk menjadi lebih baik, dapatkah hanya di nilai dengan A, B, C, D, dan E karena melihat hasil akhir dengan nilai kuantitatif dari mata kuliah tersebut  paling tinggi.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tentu akan sangat berguna untuk melamar pekerjaan ke suatu perusahaan, bahkan itu akan menjadi kebanggaan bagi diri sendiri dan orang tua. Tapi apakah ketika cara mendapatkan dan penilaian yang dilakukan hanya melihat dari satu sudut pandang saja itu masih akan tetap menjadi standar kesuksesan seseorang dalam perkuliahannya ?
Mencari ilmu adalah salah satu kewajiban kita bagi setiap muslim. Terkadang orang itu hanya melihat hasil akhirnya saja tanpa melihat proses panjang yang terjadi sebelumnya, padahal yang terpenting sebelum hasil akhir itu keluar adalah proses panjang yang dilaluinya. Oleh karena itu Cintailah prosesnya, dan Hadapi, Hayati, dan Nikmati (HHN) selama proses berlangsung, meskipun Nilai yang diberikan manusia tidak sesuai dengan harapan kita, Masih ada Allah yang melihat usaha dan mengetahui niat kita selama menjalani proses tersebut. Ketika mengharapkan penilaian dimata manusia maka kekecewaan sungguh tiada hentinya akan menghampiri, karena sesungguhnya pengetahuan dan penglihatan manusia itu terbatas. Hanya Allah yang akan memberikan segala sesuatu tanpa batas. Karena Allah Maha Sempurna  :)
Rabu, 18 Juni 2014 3 komentar

Terkena Virus Korea



Menonton film bisa dibilang termasuk salah satu aktivitas para mahasiswa, menonton film bisa di bilang merefresh otak setelah beberapa jam mendengarkan materi kuliah di kampus, menonton film bisa dibilang hiburannya anak kost-an, menonton film bisa dibilang hiburan paling murah dengan kocek mahasiswa. Cukup bermodal Flashdisk bahkan flashdisk pinjeman punya temen, para pecinta film berkumpul dan akhirnya bertukar film – film recommended, film - film terbaru maupun film jadul. Para pecinta film siap berkumpul menceritakan film – film yang sudah ditontonnya.
Ada yang suka Film Barat dengan Action nya, Film Thailand, Film Jepang, Film Korea, Film Anime nya, Film yang bergenre Roman, pecinta korea dengan Running Mannya yang sampai ratusan episode, dll. Mungkin kebanyakan pecinta film luar daripada film produk sendiri. Kamu termasuk pecinta film yang mana ?
Rupanya virus korea sudah menyebar dalam tubuhku tanpa sadar, setiap kisah dalam Korean Drama (K-Drama) seolah – olah menyihir mata kalau sudah menonton serasa tidak mau berhenti, efek samping kalau sudah menonton K-Drama mata bisa sampai bengkak – bengkak gara – gara berjam – jam di depan laptop, kalau nonton dari siang sampai ga nyadar matahari sudah terbenam keperaduannya intinya ga tau waktu, cemilan bisa sampai habis, dll. Astaghfirullah,,, astaghfirullah,,, astaghfirullah,,,
Efek samping yang positif kalau film yang bagus, suka terinspirasi gitu deh, suka memotivasi, sedikit – sedikit tahu bahasa korea, jadi punya mimpi buat mengunjungi Negara dari film yang ditonton.
Awalnya saya bukan pecinta film, apalagi K-Drama, karena terperangkap oleh budaya anak kost, satu persatu film yang saya dapatkan dari teman kost saya sikat abisss, dan akhirnya terkena virus korea. Astaghfirullah , , , Ayo kamu bisa kendalikan dirimu Arin buat nonton film yang menghabiskan waktumu ?
Minggu, 15 Juni 2014 3 komentar

Workshop: Orientasi Perlindungan Anak Indonesia



Kasus JIS (Jakarta International School) seakan membuka mata kita, mata para orang tua dan masyarakat. Yang sebelumnya mungkin belum menyadari bahwa keberadaan anak – anaknya terancam dengan bahaya – bahaya yang akan mengancamnya dalam situasi yang tidak terduga.
Jauh sebelum kasus JIS itu muncul di berbagai media, begitu banyak kasus yang terjadi pada anak – anak bangsa ini, anak – anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini seakan – akan dinodai oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak sadar akan keberadaan anak – anaknya bahwa itu adalah Amanah yang Allah berikan.
Berbagai media seakan – akan dibanjiri oleh kasus – kasus yang menodai anak – anak bangsa ini. Apa yang akan terjadi dengan masa depan mereka ? jika masa kecilnya saja sudah dirusak oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab. Akankah kejadian yang menimpa mereka saat anak – anak akan dilupakan begitu saja ? jika mereka menjadi korban pedofilia, maka akan ada berapa anak lagi yang akan menjadi pelaku saat dewasanya karena perilaku tersebut sudah terekam dalam memorinya ?
Kasus Bullying di sekolah – sekolah, membunuh temannya gara – gara tidak dikasih uang, melakukan seks bebas, bahkan anak sudah berani membunuh orang tuanya, bahkan anak sudah menjadi layaknya barang dagangan untuk melakukan prostitusi. “Generasi menunduk” pun sudah mewarnai dunia anak – anak, gadget yang mereka pegang dengan mudahnya dapat mengakses informasi apa saja yang ingin mereka ketahui, video game – video game dengan konten – konten berbahaya yang mereka mainkan sudah mewarnai dunia anak – anak saat ini, meskipun itu kebanyakan di perkotaan, maka tak akan lama lagi “budaya” itu akan menjalar ke pelosok – pelosok negeri yang awalnya sinyal pun susah dijangkau, tidak menutup kemungkinan cepat atau lambat “budaya” itu akan segera menyebar bagaikan virus penyakit yang begitu mudah menyerang tubuh manusia
Astaghfirullah, akankah dunia anak – anak kita tetap seperti ini ?
Tindakan preventif atau tindakan pencegahan harus dilakukan sebelum semua itu terjadi di semua pelosok negeri ini. Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak – anaknya, orang tua adalah cerminan tingkah laku anak – anaknya. Menurut saya pendidikan agama dalam keluarga saat usia dini perlu diterapkan, agar anak siap menghadapi dunia yang akan mereka lewati. Ketika fondasi itu dibangun dengan kuat saat anak kecil, maka Insyaallah akan tetap kokoh dalam menghadapi dunianya. Dari Abu Hurairah, Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi, Nashrani, atau Majus. (HR. Bukhari dan Muslim)
Plan Indonesia adalah salah satu organisasi internasional kemanusiaan yang khususnya bergerak di bidang Perlindungan Anak. Mereka bergerak untuk melindungi anak – anak yang menjadi korban maupun anak – anak yang belum ternodai hak hidupnya untuk melakukan tindakan preventif/pencegahan. Plan juga mendidik masyarakat degan menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat mencoba untuk mensosialisasikan bahwa memberikan “label” negative terhadap anak yang menjadi korban itu tidak benar karena imbasnya anak – anak akan menjadi terkucilkan dan bahkan merampas hak hidup anak untuk berinteraksi di lingkungan sekitarnya, karena itu bukan sepenuhnya kesalahan anak, anak – anak bukan pelaku tapi bisa di bilang korban, karena imitasi dari lingkungan, anak – anak bisa menjadi seperti itu, melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan di usia dini. Bukan hanya sebatas itu saja yang dilakukan Plan, tapi banyak peran yang dilakukan untuk perlindungan Anak di Indonesia, khususnya di pelosok – pelosok negeri ini. Pada hari Rabu, 11 Juni 2014, mahasiswa fakultas psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam mata kuliah Patologi & Rehabilitasi sosial bekerjasama dengan Plan Indonesia mengadakan workshop dengan tema “Orientasi Perlindungan anak Indonesia” perwakilan dari Plan nya adalah Ibu Yuyum Fhahni Paryani, beliau menyampaikan materi dan berbagi cerita atas pengalaman – pengalamannya selama bergabung bersama Plan, begitu banyak wawasan yang kami dapatkan khususnya kondisi di pelosok negeri Indonesia ini. Dan akhirnya saya sedikit tahu kondisi anak – anak pelosok negeri Indonesia ini, untuk tahu lebih banyak mudah – mudahan saya bisa menjadi relawan untuk pergi ke salah satu daerah di Indonesia yang menjadi wilayah kerja Plan Indonesia.

Kamis, 12 Juni 2014 0 komentar

Speaking Area (2)



Speaking area berlanjut lagi, tidak cukup hanya sampai speaking area (klik) yang pertama kali saya tulis, ketika semua itu ingin menjadi sebuah kebiasaan maka harus dilakukan secara berualng – ulang (baca: repetition).
Memasuki tingkat III dalam dunia kampus terutama di fakultas saya ada mata kuliah pilihan, kita sebagai mahasiswa boleh bebas memilih mata kuliah apa saja yang kita inginkan sesuai dengan minat kita.
Di daftar mata kuliah pilihan tersebut terdapat mata kuliah “Pelatihan” salah satu mata kuliah yang ingin saya ambil, selain sebelumnya mendengar cerita – cerita dari kakak tingkat membuat saya ingin mengambil mata kuliah pilihan tersebut, ditambah lagi dosen yang mengajarnya adalah salah satu dosen favorit saya, tambah ngebet aja mau ngambil mata kuliah tersebut. Sumpah ga nyesel banget ikut mata kuliah itu, hampir tiap minggu kita ketawa ketiwi hi hi hi hi, bukan hanya hal itu saja yang membuat saya ga salah pilih mata kuliah pelatihan ini, ilmu, pengalaman, dan skill yang saya dapatkan membuat saya makin seneng mengikuti mata kuliah pelatihan ini. Setelah mendapatkan materi dari dosen, kita dituntut untuk melakukan role play pelatihan yang ditampilkan perkelompok, tema pelatihan yang kami bawakan berbeda – beda tiap kelompok. Role play itu dilakukan dihadapan semua teman – teman yang mengambil mata kuliah itu ada sekitar 30 orang. Bukan main cobaannya ketika role play dihadapan mereka, meskipun mereka cukup kooperatif tapi gangguannya lebih banyak. Kita dituntut untuk bisa menjadi seorang trainer, meskipun perkelompok tapi tetap setiap orang diberikan materi untuk menjadi trainer.
Setelah role play semua kelompok, tugas akhir dari mata kuliah ini adalah membuat pelatihan dimana peserta pelatihannya sesuai dengan kebutuhan tema yang mereka angkat. Kelompok saya membawakan pelatihan Team Building dengan Jargon “Team Building? Bersama Kita Bisa”.
Akhirnya tibalah tanggal 24 Mei 2014, tanggal dimana kita mengadakan pelatihan. Setelah beberapa hari sebelumnya kita mempersiapkan pelatihan ini, akhirnya tiba juga waktunya. Peserta yang datang pada waktu itu adalah 20 orang dari smester II. Sugesti saya dari awal bahwa ketika saya menjadi trainer dihadapan mereka akan jauh lebih mudah prosesnya daripada ketika saat saya roleplay dihadapan teman – teman seangkatan dan bahkan ada kakak tingkat. Dan ternyata memang benar, Alhamdulillah semuanya dapat berjalan dengan lancar dan mereka juga cukup kooperatif, meskipun gerogi cukup mewarnai suasana hati saya saat di awal pertama kali muncul dihadapan peserta pelatihan tapi Alhamdulillah dapat membawakannya lebih tenang dibanding saat role play dihadapan teman – teman. 
Suasana itu pun mewarnai teman – teman satu team saya, mereka juga mersakan bahwa lebih tenang dan lebih nyaman saat menjadi trainer dihadapan para peserta pelatihan yang sesungguhnya. Alhamdulillah akhirnya kami dapat melewati hari itu semua dengan mudah dan lancar itu semua tak lepas dari KuasaMu ya Allah.
Knowledge and Skill yang saya dapatkan dari mata kuliah itu akan sangat bermanfaat untuk kehidupan saya setelah masa kuliah berakhir bahkan sekarang pun ilmu itu bisa bermanfaat dan saya gunakan dalam beberapa event. Seperti yang telah saya tuliskan dalam postingan saya yang berjudul Berbagi itu Indah (klik) saya dapat menggunakan semua ilmu – ilmu tentang public speaking yang saya dapatkan dari awal mengikuti training Young Miracle Motivator dan semua training ataupun pengalaman  yang saya dapatkan dari organisasi maupun komunitas yang saya ikuti itu sangat berguna ketika saya terjun langsung ke dunia pelatihan/training sesungguhnya, meskipun pengalaman yang saya dapatkan belum yang sebanyak orang lain dapatkan, meskipun saya belum memiliki prestasi yang berarti dalam dunia public speaking, tapi saya yakin proses itu akan menuju kurva yang menaik ke atas mencapai prestasi yang saya inginkan dengan begitu keinginan saya untuk berbagi ilmu dengan orang lain dapat tersampaikan dengan baik. Karena berbagi itu indah maka saya ingin melakukannya. Karena Ilmu tanpa amal itu bagaikan pohon tak berbuah. Jika saya ingin menjadikan ini semua sebagai kebiasaan maka saya harus terbiasa mengulang – ngulang kegiatan tersebut atau melakukan repetition maka akan menjadi suatu kebiasaan yang positif. Artinya saya harus banyak menambah jam terbang dalam hal ini. Mudah – mudahan saya dapat mencintai prosesnya dan mencapai cita dan asa yang diinginkan. Tidak ada daun yang jatuh tanpa sepengetahuanNya begitu pun juga tidak akan ada prestasi yang dapat saya capai tanpa KuasaMu. Karena manusia hanya dapat berencana, Allahlah pembuat skenario terindah dalam hidup ini. Terus berbagi dan berkarya itulah yang ingin saya lakukan saat ini dan selamanya. Selama itu positif, So lakukanlah dengan baik Arin. Keep Fighting J
Jumat, 06 Juni 2014 2 komentar

Indonesia Mengajar



Siang hari di perpustakaan. Hari itu ada jadwal uas lisan mata kuliah kode etik dan juga ada jadwal feedback dengan pembimbing. Karena satu dan lain hal feedback itu ga jadi, akhirnya saya pergi ke perpustakaan. Setelah membaca beberapa buku secara sekilas akhirnya saya tertarik dengan buku yang berjudul “Indonesia Mengajar” dan di cover bukunya tertulis “Prolog: Anies Baswedan (Ketua Indonesia Mengajar)”. Semakin tertarik saja dengan buku itu setelah melihat nama “Anies Baswedan”.
Saya pun membaca satu persatu lembaran dari buku itu dimulai dari pengantar oleh Anies Baswedan yang cukup membuat saya semakin kagum tentang Indonesia Mengajar.
Membaca buku ini membuat saya bersyukur “maka nikmat tuhanmu yang mana lagikah yang kamu dustakan”. Membaca rangkaian cerita dari beberapa pengajar muda yang dikirim ke pelosok negeri ini membuat saya tertegun. Di Indonesia ini masih memiliki para generasi – generasi muda yang masih peduli dengan negaranya sendiri. Mereka berani meninggalkan karir dan kemewahan kota untuk menepati janji yang tertera dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baru membaca beberapa judul saja tentang pengalaman para pengajar muda yang ditulis sudah membuat saya kagum dan “iri” terhadap apa yang mereka lakukan. Perjuangan untuk sampai ke pelosok dan tinggal selama setahun itu pasti bukan hal yang mudah, tapi mereka mampu bertahan dan berjuang untuk mencerdaskan kehidupan anak – anak yang ada di pelosok negeri. Membuat mimpi mereka jadi kenyataan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari guru yang terbaik yang dikirim ke daerah mereka. Beragam cerita dan kisah – kasih mereka disana membuat mereka kaya akan pengalaman dan ketulusan mereka akan membawa keberkahan bagi ilmu yang mereka bagikan.
Sudah sepantasnyalah bersyukur akan keadaan saya sekarang, saya masih bisa jalan ke kampus/ke sekolah tanpa perasaan was – was, tidak seperti yang mereka rasakan karena setiap mereka berangkat ke sekolah mereka sambil membawa bamboo runcing karena di tengah perjalanan mereka menuju sekolah selalu bertemu dengan babi hutan yang siap menyerang. Ketika hujan pun turun maka jalan disana berubah menjadi sungai dan air terjun, dengan otomatis mereka tidak bisa berangkat ke sekolah.
Sudah sepantasnyalah saya bersyukur akan keadaan saya sekarang dengan fasilitas yang serba instan, dengan fasilitas pembelajaran yang dengan mudah saya temui dengan hanya mengetik kata kunci tentang apa – pun yang ingin saya tahu. Dari keterbatasan yang mereka dapatkan maka para pengajar muda yang dimiliki negeri ini setidaknya dapat memperkaya ilmu mereka.
Masih pantaskah mengeluh dengan keadaan yang sekarang ?
Dikala orang lain penuh perjuangan untuk datang ke sekolah dengan perasaan was - was, dikala orang lain masih sangat terbatas dengan fasilitas untuk belajar, dikala orang lain pergi ke sekolah dengan kondisi baju yang compang – camping. Semua itu tidak mematahkan semangat mereka untuk terus belajar dan mencari ilmu. Mereka semua anak negeri yang siap mengubah dunia.
Masihkah pantas untuk mengeluh ? masihkan pantas untuk bermalas – malasan pergi ke sekolah/kampus ? 

Jum'at, 6 Juni 2014
@Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati bandung
 
;