Mendengarkan teori tentang Public Speaking bukan hal yang
asing lagi di telingaku, bahkan saya pernah mengikuti Young Miracle Motivator
sebuah training buat anak muda yang ingin menjadi motivator intinya bisa public
speaking. Mengikuti coaching tentang public
speaking dan bahkan mengikuti beberapa training tentang public speaking pernah
saya lakukan. Tapi terkadang teori itu lebih sulit untuk dipraktekkan.
Berbicara di depan umum merupakan salah satu ketakutan yang
cukup digemari oleh sebagian orang. Makanya sekarang itu banyak training –
training yang mengupas tuntas tentang public speaking.
Cemas, gerogi, tangan gemeteran, tangan berkeringat, jantung
yang rasanya ingin meledak karena berdetak dengan begitu cepat dari biasanya,
itu yang saya rasakan ketika berbicara di depan umum. Jauh sebelum saya
mengikuti training – training tentang public speaking. Gejala - gejala itu belum
menghilang tapi sedikit berkurang dari skala yang asalnya tinggi ke skala yang
lebih rendah tapi seengganya udah ada perubahan.
Saya teringat kata – kata seorang trainer yang mengatakan
bahwa “Kehidupan peserta training yang sesungguhnya adalah setelah keluar dari
gedung ini” artinya kehidupan sesungguhnya para peserta yang mengikuti training
tentang public speaking ya sesudah mengikuti acara tersebut. Bagaimana dia
mengaplikasikan teori – teori yang bejibun yang diberikan oleh trainer itu
diluar dalam kehidupan masyarakat dan kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan
berbicara di depan orang banyak.
Saya juga pernah tergabung dalam salah satu lembaga training,
ceritanya untuk mengamalkan ilmu yang pernah saya dapatkan. Saya juga pernah
langsung di tembak ngedadak buat jadi MC training oleh guru yang melakukan
coaching kepada saya, ditunjuk buat terjun langsung. Pada waktu itu bukan training
asal – asalan pesertanya juga berasal dari berbagai daerah. Mulai panic,
jantung mulai berdetak dengan kencang, kecemasan pun tak bisa dihindari. Tapi
pelatih saya mencoba untuk menenangkan saya dan memberikan saran biar pas di
depan ga nervous. Saya berdoa sama Allah, mudah – mudahan diberi kelancaran
selama membawakan acara. JDARRR sensasi yang luar biasa baru saya rasakan,
nervous iya, ga bisa dibohongi, tapi ternyata itu hanya di awal saja dan
kesananya merasakan kenyamanan tersendiri ketika membawakan acara.
Saya juga mengikuti komunitas, sebagai wadah saya untuk
mengamalkan ilmu yang saya dapatkan karena disana kami biasa melakukan
motivation discussion dimana pematerinya adalah bergilir jadi semua anggota
komunitas di jadwal untuk memberikan materi dalam motivation discussion itu.
Meskipun anggota dari komunitas kami belum banyak tapi gejala – gejala itu
tetap keluar seengganya ga separah pas menjadi MC training tadi.
Selang beberapa bulan tidak tergabung lagi dalam lembaga
training itu dan komunitas tersebut karena mempunyai kesibukan masing – masing
jadi lembaga dan komunitas tersebut terabaikan begitu saja.
Saya juga tergabung dalam sebuah organisasi tertinggi di
fakultas yaitu senat mahasiswa fakultas psikologi di bidang pengembangan pers, tidak
lain adalah untuk mengasah potensi saya di bidang pers dan dunia public
speaking. Ketika mengadakan acara Training Kepenulisan yang diadakan di bidang
kami, saya ditunjuk sebagai MC pada waktu itu pematerinya adalah Kang Fahd
Djibran seorang penulis buku “Hidup Berawal dari Mimpi” itu salah satu judul
bukunya masih banyak lagi buku – buku yang beliau tulis. Wow banget bisa jadi
MC dihadapan sala seorang penulis yang saya idola kan. Juga di hadapan seorang
Psikolog namanya Pak Juneman yang pernah mendapatkan summacumlaude selama
proses kuliahnya. Sungguh pengalaman yang begitu berharga dapat berdiri
dihadapan mereka.
Saya juga tergabung dalam organisasi ekstra kampus yang
bergerak di bidang dakwah, disana juga tak kalah keren banyak orang – orang
hebat yang terbiasa dengan public speakingnya, sedikit membuat saya minder tapi
kembali lagi ke niat awal saya, di organisasi tersebut saya ingin belajar dan
berkontribusi dalam dunia dakwah kampus, tapi ternyata tak semudah yang
dibayangkan selalu ada rintangan yang menghambat proses yang ingin saya
jalankan. Harus kuat menjalani semuanya untuk terus berada di jalan dakwah ini.
Disini juga saya pernah ditembak langsung sebagai pemateri kajian dan sebagai
MC. Alhamdulillah semua itu dapat berjalan dengan lancar soalnya sudah
mempunyai bekal sebelumnya walaupun ada sedikit nervous karena dihadapkan pada
orang – orang yang mempunyai basic pesantren yang terbiasa berbicara di depat orang banyak
karena terbiasa untuk khutbah/pidato dan saya hanya lulusan dari SMA, pikiran
itu yang selalu menghantui saya. Padahal kita kan saling melengkapi, tapi
berjalannya proses yang begitu panjang mindset itu pun sudah semakin
terhapuskan toh kita sama – sama belajar dan sama – sama ingin berbagi dan
berkontribusi.
Betapa bodohnya saya ketika mempunyai ilmu tapi tidak bisa
saya amalkan, ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah . . .
Sedikit demi sedikit saya ingin belajar mengamalkan ilmu yang
saya dapatkan di dunia kampus atau ilmu kehidupan yang selama ini mengajarkan
saya untuk tetap bertahan hidup. Itu alasan kenapa saya ingin belajar public
speaking. Karena kalau saya tidak bisa berbicara di depan umum maka tidak akan
cukup ruang saya untuk berbagi, meskipun saya belajar berbagi lewat sebuah
tulisan tapi public speaking pun ingin bisa saya lakukan untuk memperkaya
proses saya dalam berbagi ilmu dengan yang lainnya. Tulisan ini bukan berbicara tentang
prestasi yang saya raih dalam hal public speaking tapi berbicara tentang
proses yang saya jalani untuk berbagi ilmu, karena saya masih jauh dari kesempurnaan karena masih berproses menuju perubahan. Karena ketika kita ingin cerdas maka cerdaskan
lah orang lain, salah satunya dengan cara berbagi ilmu. Karena berbagi itu
indah maka saya ingin melakukannya. Dan sebaik – baiknya orang adalah yang
dapat memberikan kebermanfaatan bagi orang lain.
Bersambung . . .