Kamis, 29 Mei 2014

Kita dalam Cerita (3)


Banyak cerita yang akan mengisi lembaran kehidupan kita selama  kuliah di kampus  ini, memakai setelan kemeja hitam putih dipadukan dengan blazer hitam dan sepatu pantopel adalah dunia kami di fakultas psikologi, setelan yang berbeda dengan jurusan lainnya di kampus kami, seakan – akan kami mempunyai ciri khas tersendiri karena memakai baju setelan ala sales kalau anak – anak bilang, mungkin itu sekelumit aturan yang kami dapatkan dari fakultas, ketentuan – ketentuan yang harus kami jalankan sebagai calon ilmuwan psikologi. Aturan tetap aturan, tapi bukankah aturan untuk dialnggar ? (cukup dijawab dalam hati) tidak sedikit mahasiswa yang melanggar aturan – aturan tersebut, mungkin bagi sebagian orang aturan tersebut cukup mengekang dan bahkan dengan sengaja melanggar aturan yang telah disepakati oleh pihak dosen. Aturan dilanggar, nilai pun berbicara, tak sedikit orang yang tidak lulus mata kuliah tersebut karena melanggar aturan aturan yang telah ditetapkan. Tapi menurut saya masa mahasiswa itu masa yang begitu bergelora untuk berekspresi, masa – masanya ingin mencoba hal – hal baru, trial and error, tapi aturan tetap aturan adakalanya hidup kita bisa berjalan  mulus dengan mengikuti aturan tersebut, tapi terkadang aturan – aturan tersebut membuat kita kaku dan tidak fleksible dalam menjalani kehidupan. 

Tapi dosen pun membuat aturan bukan tanpa maksud, toh hidup kalau tanpa aturan pun ga bakalan bener. Karena kita terpenjara oleh system yang ada, mau tidak mau kita harus mengikuti sistem tersebut.
Psikodiagnostik merupakan salah satu dasar ilmu pengetahuan psikologi, tentunya sudah pasti di setiap fakultas psikologi ada mata kuliah tersebut. Di kampus kami mata kuliah tersebut dibarengi dengan praktikum, jadi kita dituntut untuk bisa mengaplikasikan teori yang sudah dijelaskan di kelas dalam praktikum di laboratorium. Jika jurusan biologi objek penelitiannya hewan ataupun tanaman – tanaman, maka objek penelitian mahasiswa psikologi adalah manusia. Setiap kali praktikum psikodiagnostik I-VI kita harus membawa OP (objek penelitian) sesuai dengan Psikodiagnostik (dibaca: PD) yang sedang kita ambil, adakalanya kita menjadi pencemas di detik – detik terakhir pengumpulan surat pernyataan (SP) karena belum mendapatkan OP. bisa jadi pencemas lagi dikala pas hari H praktikumnya si OP belum datang juga padahal waktu praktikum udah mau dimulai. Was – was dag dig dug itulah yang dirasakan hampir di setiap praktikum.

Awalnya saya berpikir ketika memasuki praktikum pertama kebayangnya ribet dan ternyata lega sekali kalau udah dijalanin mah tanpa was – was lagi. Sebetulnya pikiran kita yang membuat sesuatu itu menjadi rumit, kalau saja mindset dari awalnya mudah pasti akan mudah juga. Alhamdulillah setiap praktikum selalu diberi kemudahan, walaupun tak lepas dari feedback-an pembimbing tentang penampilan kita selama praktikum. Laporan pun tak pernah ada yang sempurna selalu ada cacat di mata pembimbing, dan mungkin itulah alasan kita harus selalu menjadi lebih baik dari praktikum sebelumnya karena toh udah di feedback kesalahan – kesalahan kita yang sebelumnya, jangan jatuh ke lubang yang sama.
Berharap smester ini adalah praktikum terakhir mata kuliah tersebut. Mudah – mudahan rasa lelah ini setiap kali mencari OP karena panas – panasan, uang yang keluar juga tidak sedikit, mudah – mudahan tergantikan dengan nilai yang memuaskan dan bisa lulus mata kuliah ini. #Wish

0 komentar:

Posting Komentar

 
;