Banyak cerita yang akan mengisi lembaran kehidupan kita
selama kuliah di kampus ini, memakai setelan kemeja hitam putih
dipadukan dengan blazer hitam dan sepatu pantopel adalah dunia kami di fakultas
psikologi, setelan yang berbeda dengan jurusan lainnya di kampus kami, seakan –
akan kami mempunyai ciri khas tersendiri karena memakai baju setelan ala sales
kalau anak – anak bilang, mungkin itu sekelumit aturan yang kami dapatkan dari
fakultas, ketentuan – ketentuan yang harus kami jalankan sebagai calon ilmuwan
psikologi. Aturan tetap aturan, tapi bukankah aturan untuk dialnggar ? (cukup
dijawab dalam hati) tidak sedikit mahasiswa yang melanggar aturan – aturan
tersebut, mungkin bagi sebagian orang aturan tersebut cukup mengekang dan
bahkan dengan sengaja melanggar aturan yang telah disepakati oleh pihak dosen. Aturan
dilanggar, nilai pun berbicara, tak sedikit orang yang tidak lulus mata kuliah
tersebut karena melanggar aturan aturan yang telah ditetapkan. Tapi menurut
saya masa mahasiswa itu masa yang begitu bergelora untuk berekspresi, masa –
masanya ingin mencoba hal – hal baru, trial and error, tapi aturan tetap aturan
adakalanya hidup kita bisa berjalan mulus dengan mengikuti aturan tersebut, tapi
terkadang aturan – aturan tersebut membuat kita kaku dan tidak fleksible dalam
menjalani kehidupan.
Tapi dosen pun membuat aturan bukan tanpa maksud, toh hidup
kalau tanpa aturan pun ga bakalan bener. Karena kita terpenjara oleh system
yang ada, mau tidak mau kita harus mengikuti sistem tersebut.
Psikodiagnostik merupakan salah satu dasar ilmu pengetahuan
psikologi, tentunya sudah pasti di setiap fakultas psikologi ada mata kuliah
tersebut. Di kampus kami mata kuliah tersebut dibarengi dengan praktikum, jadi
kita dituntut untuk bisa mengaplikasikan teori yang sudah dijelaskan di kelas
dalam praktikum di laboratorium. Jika jurusan biologi objek penelitiannya hewan
ataupun tanaman – tanaman, maka objek penelitian mahasiswa psikologi adalah
manusia. Setiap kali praktikum psikodiagnostik I-VI kita harus membawa OP
(objek penelitian) sesuai dengan Psikodiagnostik (dibaca: PD) yang sedang kita
ambil, adakalanya kita menjadi pencemas di detik – detik terakhir pengumpulan
surat pernyataan (SP) karena belum mendapatkan OP. bisa jadi pencemas lagi
dikala pas hari H praktikumnya si OP belum datang juga padahal waktu praktikum
udah mau dimulai. Was – was dag dig dug itulah yang dirasakan hampir di setiap
praktikum.
Awalnya saya berpikir ketika memasuki praktikum pertama
kebayangnya ribet dan ternyata lega sekali kalau udah dijalanin mah tanpa was –
was lagi. Sebetulnya pikiran kita yang membuat sesuatu itu menjadi rumit, kalau
saja mindset dari awalnya mudah pasti akan mudah juga. Alhamdulillah setiap
praktikum selalu diberi kemudahan, walaupun tak lepas dari feedback-an
pembimbing tentang penampilan kita selama praktikum. Laporan pun tak pernah ada
yang sempurna selalu ada cacat di mata pembimbing, dan mungkin itulah alasan
kita harus selalu menjadi lebih baik dari praktikum sebelumnya karena toh udah
di feedback kesalahan – kesalahan kita yang sebelumnya, jangan jatuh ke lubang
yang sama.
Berharap smester ini adalah praktikum terakhir mata kuliah
tersebut. Mudah – mudahan rasa lelah ini setiap kali mencari OP karena panas –
panasan, uang yang keluar juga tidak sedikit, mudah – mudahan tergantikan
dengan nilai yang memuaskan dan bisa lulus mata kuliah ini. #Wish
0 komentar:
Posting Komentar