Jumat, 27 Juli 2012

Ramadhan : Imam di Masjid Kami

Dahi yang mulai mengerut, rambut yang tak hitam lagi. Usianya 59 tahun, beliau seorang kepala keluarga yang mempunyai tujuh orang anak. Dan kini menjadi seorang  kakek mempunyai seorang cucu dari anak pertamanya. Pekerjaannya seorang guru pesantren, orang - orang disekitarnya suka menyebutnya dengan sebutan Ustadz. Ustadz tersebut bisa dibilang Imam tetap di masjid kami dan merupakan salah satu tokoh keagamaan di kampung saya.
Google
Bulan Ramadlan pun tiba, segala bentuk ibadah yang biasa dilakukan di bulan ramadhan mulai dari dini hari setelah sahur, diawali dengan kegiatan Kuliah Shubuh hingga petang nanti Sholat Tarawih. Pemandangan seperti biasa yang menjadi Imam kami tak asing lagi di mesjid kami. Suara yang mulai serak - serak itu dan suara batuk yang khas tak pernah dihiraukan, jadwal yang terpampang di dinding mesjid itu tak berlaku, hanya terpampang dan tak berguna.
Tapi,
seiring berjalannya waktu, mereka mulai memahami dan mengerti tentang suatu amanah yang ada di jadwal itu, dan kini jadwal yang terpampang itu tidak lagi berdiam diri. Imam di masjid kami itu akhirnya bisa bernafas dengan lega.
Saatnya yang muda maju menjadi yang terdepan bukan hanya menjadi yang terdepan nongkrong dijalanan. Penuhi Mesjid - mesjid itu jangan hanya berdiam diri di jalanan. Jangan biarkan mesjid megah nan indah itu dibiarkan begitu saja menjadi tempat penyimpanan debu. Mesjid besar, megah, dan indah itu hanya segelintir orang di dalamnya dan itu pun oleh orang - orang yang tidak lagi berambut hitam. Kemana Pemuda masa kini ? yang seharusnya maju menjadi yang terdepan yang mencerminkan sosok pemuda yang unggul untuk mewujudkan bangsa yang lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;