Minggu, 12 Agustus 2012

*Angkot tak Bernama

*Kendaraan pribadi yang siap menjemput dimana pun saya pulang beraktivitas, bermodal telunjuk yang mengarah ke jalan raya. Dan angkot itu berhenti tepat di depanku. Bermodal uang recehan di dompet, saya bisa sampai ketempat tujuan. Sebelum aku mempunyai Mobil berwarna ungu impianku berLabel BMW, angkot itu akan menjadi teman sejati untuk mengantarku pulang dan pergi. #intermezzo
Sepulang JIHAD alias (Pengajian ahad) @viaduct, tanpa bertanya saya langsung pulang. Saya berjalan ke arah jalan yang dulu pernah saya lewati bersama saudara saya. ingatan yang tersimpan dalam memori terbesarku itu membuat saya berhenti di pinggiran jalan itu, yang mengatakan bahwa dulu bersama saudara saya naik angkot di pinggiran jalan ini untuk pulang. Lalu - lalang angkot yang melewati jalanan itu seakan - akan membuatku bingung, sebetulnya angkot yang mana yang harus saya naiki. Ingatan dalam memori itu seakan hilang, kebingungan semakin menjadi. Dan akhirnya saya melihat angkot hijau berpolet kuning, dari casing angkot itu saya sangat mengenal bahwa angkot berwarna hijau berpolet kuning itu angkot jurusan yang lewat ke Binong (baca: tempat yang ingin dituju). Dan akhirnya mata ini langsung jatuh cinta
pada angkot itu,,, perasaan senang yang berbalut rasa syukur pada waktu itu melihat casing angkot yang aku kenal. Dan ternyata,,, setelah saya bertanya ke supirnya. "Lewat Binong Pa... ? Ooh neng kalau mau ke binong mah gag ada angkot yang langsung ke binong dari sini mah. Harus naik angkot ini dulu nanti di depan naik angkot lagi, nanti di turunin ke angkot yang lewat Binong"Ujar Supir itu. Hah,,, Gubraggg, perasaan senang melihat angkot hijau berpolet kuning itu pun berubah menjadi kekecewaan. Sebelum naik angkot itu pun saya lihat dulu,,, ini angkot jurusan apa yaa ? yang anehnya angkot itu tak bernama, kaca depan dan kaca belakang angkot itu tak beranama tidak bertuliskan apa -apa. Entah apa yang membuat saya naik angkot itu, tanpa berpikir panjang dan saya pun naik angkot itu. "Nanti turun di depan Neng kalau mau ke binong mah" mungkin pernyataan Supir itu yang membuat saya yakin untuk naik angkot itu. Dengan sedikit keyakinan dan penuh keraguan dan rasa was - was, membuat saya tak tenang dalam angkot itu sambil lihat kiri kanan jalanan asing yang ku lewati. Setelah melewati beberapa jalanan asing yang tak ku kenal, perasaan jauh amattt dari yang Si Emang Supir di awal bilang, "nanti neng turun di depan" kirain deket, eh malah yang saya lewati jalanan asing yang tak ku kenal dan rasanya baru  kali ini saya lewat jalan itu. Setelah perjalanan panjang melewati jalanan asing itu, akhirnya ada satu nama jalan yang ku kenal dan saya pernah melewatinya tertuliskan Jl. Citarum, terlihat tak jauh dari tulisan jalan itu Bank Muamalat dan Sebuah Mesjid di jalan itu, rasa was - was yang bercampur dengan rasa sebel dan kecewa sama Mang supir itu membuat saya turun di jalan itu "kiriiii" dan angkot pun berhenti tepat di depan mesjid itu. Tanpa melihat isi dompet sebelumnya, saya turun di angkot itu dan mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah bergambar Soekarno, dan hanya satu lembar itu saja yang tertinggal di dompet kecil nan kusam itu.
wajah yang tak ramah "Neng, pagi gini mah atuh belum ada kembalian" mata yang tak ramah tertuju padaku.
Terdiam sejenak kebingungan, tiba - tiba terdengar suara ibu - ibu berjilbab di dalam angkot berbicara " Udah neng, ngga apa - apa biar ibu aja yang bayar" mendengar suara itu. Dengan spontan saya memberikan senyuman dan anggukan dengan penuh arti kepada ibu dalam angkot itu seraya berkata "Terima kasih Buuu" dan Ibu itu pun membalas senyumanku.  


0 komentar:

Posting Komentar

 
;