Siang hari di perpustakaan. Hari itu ada jadwal uas lisan mata
kuliah kode etik dan juga ada jadwal feedback dengan pembimbing. Karena satu
dan lain hal feedback itu ga jadi, akhirnya saya pergi ke perpustakaan. Setelah
membaca beberapa buku secara sekilas akhirnya saya tertarik dengan buku yang
berjudul “Indonesia Mengajar” dan di cover bukunya tertulis “Prolog: Anies
Baswedan (Ketua Indonesia Mengajar)”. Semakin tertarik saja dengan buku itu
setelah melihat nama “Anies Baswedan”.
Saya pun membaca satu persatu lembaran dari buku itu dimulai
dari pengantar oleh Anies Baswedan yang cukup membuat saya semakin kagum
tentang Indonesia Mengajar.
Membaca buku ini membuat saya bersyukur “maka nikmat tuhanmu
yang mana lagikah yang kamu dustakan”. Membaca rangkaian cerita dari beberapa
pengajar muda yang dikirim ke pelosok negeri ini membuat saya tertegun. Di Indonesia
ini masih memiliki para generasi – generasi muda yang masih peduli dengan
negaranya sendiri. Mereka berani meninggalkan karir dan kemewahan kota untuk
menepati janji yang tertera dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Baru membaca beberapa judul saja tentang pengalaman para
pengajar muda yang ditulis sudah membuat saya kagum dan “iri” terhadap apa yang
mereka lakukan. Perjuangan untuk sampai ke pelosok dan tinggal selama setahun
itu pasti bukan hal yang mudah, tapi mereka mampu bertahan dan berjuang untuk
mencerdaskan kehidupan anak – anak yang ada di pelosok negeri. Membuat mimpi
mereka jadi kenyataan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari guru yang
terbaik yang dikirim ke daerah mereka. Beragam cerita dan kisah – kasih mereka
disana membuat mereka kaya akan pengalaman dan ketulusan mereka akan membawa
keberkahan bagi ilmu yang mereka bagikan.
Sudah sepantasnyalah bersyukur akan keadaan saya sekarang,
saya masih bisa jalan ke kampus/ke sekolah tanpa perasaan was – was, tidak seperti
yang mereka rasakan karena setiap mereka berangkat ke sekolah mereka sambil
membawa bamboo runcing karena di tengah perjalanan mereka menuju sekolah selalu
bertemu dengan babi hutan yang siap menyerang. Ketika hujan pun turun maka
jalan disana berubah menjadi sungai dan air terjun, dengan otomatis mereka
tidak bisa berangkat ke sekolah.
Sudah sepantasnyalah saya bersyukur akan keadaan saya
sekarang dengan fasilitas yang serba instan, dengan fasilitas pembelajaran yang
dengan mudah saya temui dengan hanya mengetik kata kunci tentang apa – pun yang
ingin saya tahu. Dari keterbatasan yang mereka dapatkan maka para pengajar muda
yang dimiliki negeri ini setidaknya dapat memperkaya ilmu mereka.
Masih pantaskah mengeluh dengan keadaan yang sekarang ?
Dikala orang lain penuh perjuangan untuk datang ke sekolah
dengan perasaan was - was, dikala orang lain masih sangat terbatas dengan
fasilitas untuk belajar, dikala orang lain pergi ke sekolah dengan kondisi baju
yang compang – camping. Semua itu tidak mematahkan semangat mereka untuk terus
belajar dan mencari ilmu. Mereka semua anak negeri yang siap mengubah dunia.
Masihkah pantas untuk mengeluh ? masihkan pantas untuk
bermalas – malasan pergi ke sekolah/kampus ?
Jum'at, 6 Juni 2014
@Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati bandung
2 komentar:
iya yaaa.. kita harus banyak bersyukur karena bisa mengeyam pendidikan yang layak :))
Yups , , , keadaan kita jauh lebih baik dibanding mereka . Sudah selayaknyalah kita bersyukur :D
Posting Komentar